BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
1. Penduduk
Penduduk dinegara-negara sedang berkembang mempunyai tingkat kelahiran yang tinggi dan mempunyai tingkat kematian yang rendah, sehingga mengakibatkan adanya ledakan penduduk. Sedangkan produktivitas penduduk dinegara-negara sedang berkembang adalah rendah sehingga mengakibatkan rendahnya produksi pula. Karena sebagian besar peduduk tinggal di desa dan hidupnya sebagian besar berasal dari sektor pertanian, maka hampir semua penghasilan yang didapatnya akan dikonsumir seluruhnya. Dari banyak penelitian bahwa faktor utama yang menentukan perkembangan penduduk adalah tingkat kematian, tingkat kelahiran dan tingkat perpindahan penduduk (migrasi). Dua faktor pertama yang sanagt besar peranannya dalam mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk.
2. Pengangguran
Dalam masalah pengangguran terdapat dua tafsiran yang berbeda. Menurut pihak yang memandang upah fleksibel, orang menganggur karena ia memilih untuk tidak bekerja dengan tarif yang sedang berlaku. Dalam hal ini, pekerja yang menganggur lebih memilih pada kenikmatan atau kegiatan-kegiatan bukan-pasar dari pada bekerja dengan tingkat upah yang berlaku. Tafsiran yang lain adalah pandangan bahwa pengangguran merupakan akibat dari tingkat upah yang kaku, tidak fleksibel, atau dari mekanisme pasar yang tidak pernah bertemu. Pada tingkat upah yang tinggi, sebagian pekerja memperoleh pekerjaan, tetapi yang lain tidak, walaupun kelompok kedua ini ingin bekerja dengan tingkat upah tersebut. Pengangguran terpaksa ini juga tidak efisien, dalam arti bahwa keadaan pekerja dan perusahaan masing-masing bias menjadi lebih baik dengan jalan mengadakan perundingan kembali mengenai kontraknya.
- Rumusan Masalah
Dalam tugas terstruktur individu ini, penyusun yang membahas mengenai masalah pengangguran, didapatkan rumusan masalah yang akan dibahas dalam analisis permasalahan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: “Apa yang menjadi masalah dasar dari jumlah penduduk terhadap pengangguran di Negara yang Sedang Berkembang”
- Tujuan
1. Bagi pihak lain
Paper ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan permasalahan dan upaya penyelesaian pengangguran di Negara yang Sedang Berkembang.
2. Bagi penulis
Sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas di akhir semester pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDUDUK
Salah satu perintang pembangunan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang dan yang sekaligus merupakan ciri negara-negara tersebut ialah adanya ledakan penduduk. Telah kita ketahui bahwa tujuan pembangunan ekonomi adalah meningkatkan standar hidup penduduk negara yang bersangkutan, yang biasa diukur dengan kenaikan penghasilan riil perkapita. Penghasilan riil per kapita adalah sama dengan pendapatan nasional riil atau output secara keseluruhan yang dihasilkan selamam satu tahun dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya. Jadi standar hidup tidak dapat dinaikkan kecuali jika output meningkat dengan lebih cepat daripada pertumbuhan jumlah penduduk.
Untuk mempengaruhi perkembangan output total diperlukan penambahan investasi yang cukup besar agar supaya dapat menyerap pertambahan penduduk, yang berarti naiknya penghasilan riil per kapita. Ada teori-teori yang memperbincangkan mengenai berapa jumlah penduduk yang seharusnya atau yang cocok bagi suatu negara. Untuk itu ada teori penduduk yang dikenal dengan “teori penduduk optimum” (optimum population theory). Adapun yang dimaksud dengan penduduk optimum ialah jumlah penduduk yang dapat memberikan/menghasilkan tingkat upah riil atau tingkat penghasilan riil per kapita yang maksimum.
- Peranan Penduduk dalam Pembangunan Ekonomi
Kapasitas yang rendah dari negara sedang berkembang untuk meningkatkan output totalnya harus diimbangi dengan penurunan tingkat perkembangan penduduk, sehingga penghasilan riil per kapita akan dapat meningkat. Dengan kapasitas yang rendah untuk menaikkan output totalnya dan tanpa diimbangi dengan turunnya tingkat perkembangan penduduk, maka akan terjadi penundaan pembangunan ekonomi. Ada 4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan di negara-negara sedang berkembang, yaitu:
1. Tingkat Perkembangan Penduduk yang Tinggi
Tidak ada keragu-raguan terhadap sejarah di negara-negara yang sudah maju bahwa pertambahan penduduk yang pesat justru menyumbang terhadap kenaikkan penghasilan riil per kapita. Ini disebabkan karena negara-negara yang sudah maju tersebut telah siap dengan tabungan yang akan melayani kebutuhan investasi. Tambahan penduduk justru akan menambah potensi masyarakat untuk menghasilkan dan juga sebagai sumber permintaan yang baru. A. Hansen mengenai stagnasi secular, yang mengatakan bahwa bertambahnya jumlah penduduk justru akan menciptakan/memperbesar permintaan agregatif, terutama investasi.
Para pengikut Keynes tidak melihat tambahan penduduk sekedar sebagai tambahan penduduk saja, tetapi juga melihat adanya suatu kenaikkan dalam daya beli (purchasing power). Di samping itu para pengikut Keynes juga menganggap adanya kemajuan, meningkatnya produktivitas tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja ini akan selalu mengiringi kenaikkan jumlah penduduk. Produktivitas penduduk di negara-negara sedang berkembang adalah rendah sehingga mengakibatkan rendahnya produksi pula. Karena sebagian besar penduduk tinggal di desa dan hidupnya sebagian besar berasal dari sektor pertanian, maka hampir semua penghasilan yang didapatnya akan dikonsumir seluruhnya. Seandainya ada sisa, hanya relative kecil jumlahnya. Akibatnya tingkat investasi juga akan rendah. Jadi negara-negara sedang berkembang, dimana sudah terdapat perbandingan yang tinggi antara jumlah manusia dan jumlah faktor-faktor produksi yang lain, perkembangan penduduk yang cepat akan menimbulkan diseconomies of scale.
Di negara- negara sedang berkembang di mana kepadatan penduduk yang cepat akan dapat pula mendorong perkembangan ekonomi, apabila kapital dan kemampuan manajerial termasuk organisasi dan administrasi dapat mengimbangi tantangan penduduk tersebut.
2. Struktur Umur yang tidak Favorable
Negara sedang berkembang memiliki tingkat kelahiran yang tinggi dan tingkat kematian yang rendah. Hal ini mengakibatkan adanya segolongan besar penduduk usia muda lebih besar proporsinya daripada golongan penduduk usia dewasa.Keadaan penduduk yang seperti ini disebut sebagai penduduk yang berciri “expensive”.
Ini merupakan kebalikan dari keadaan di negara-nagara yang telah maju. Pada tahun 1950, negara-negara yang sedang berkembang (Asia, Afrika dan Amerika Latin), 40% atau lebih dari total penduduknya berumur di bawah 15 tahun. Dengan adanya tingkat kelahiran yang tinggi dan tingakt perkembangan penduduk yang cepat di negara-negara sedang berkembang, maka negara-negara itu akan selalu memiliki struktur penduduk yang sebagian besar adalah usia muda.
Sehubungan dengan struktur umur penduduk kita kenal konsep “angka beban tanggungan” (dependency ratio) yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang tidak produktif (penduduk umur di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun) dan orang yang produktif (penduduk umur 15 – 65). Umumnya negara sedang berkembang memiliki angka beban tanggungan yang tinggi karena besarnya jumlah penduduk usia muda. Proporsi yang besar dari penduduk usia muda ini tidak menguntungkan bagi pembangunan ekonomi, karena:
o Penduduk golongan usia muda, cenderung untuk memperkecil angka penghasilan per kapita dan mereka semua merupakan konsumen dan bukan sebagai produsen dalam perekonomian tersebut.
o b. Adanya golongan penduduk usia muda yang besar jumlahnya di suatu negara akan mengakibatkan alokasi faktor-faktor produksi ke arah “investasi-investasi sosial” dan bukan ke “investasi-investasi kapital”. Oleh karena itu paling tidak ia akan menunda perkembangan ekonomi.
3. Distribusi Penduduk yang Tidak Seimbang
Tingkat urbanisasi yang tinggi pada umumnya telah dihubungkan dengan daerah-daerah yang secara ekonomis telah maju dan bersifat industri. Tingkat urbanisasi ini mempunyai pengaruh dan akibat-akibat yang berbeda di negara-negara yang sudah maju bila dibandingkan dengan dinegara-negara yang seadng berkembang. Di negara-negara yang sudah maju hanya sebagian kecil penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Urbanisasi biasanya terjadi karena adanya tingkat upah yang lebih menarik di sektor industri (di kota) daripada tingkat upah di desa (sektor pertanian). Untuk negara sedang berkembang, hal ini dapat mengakibatkan adanya ketidakseimbangan perkembangan ekonomi pada sektor pertanian dan sektor industri, yaitu bila urbanisasi terus terjadi sampai kekurangan tenaga kerja muncul sebagai masalah di sektor pertanian.
Dengan demikian maka sektor pertanian tidak cukup dapat menyediakan barang-barang ataupun jasa-jasa yang dibutuhkan oleh sektor industri. Akibatnya perkembangan akan tergantung dari sektor perdagangan internasional. Keinginan untuk mencapai perkembangan yang seimbang antara dua sektor itu juga merupakan masalah yang tidak mudah diatasi, karena adanya keharusan dalam membagi jumlah tabungan yang terbatas, di antara investasi sosial dan investasi kapital yang produktif.
4. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah
Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan penghalang pembangunan ekonomi suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi, terutama industri, jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis. Dengan kata lain pendidikan merupakan factor penting bagi berhasilnya pembangunan ekonomi. Bahkan menurut Schumaker pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya disbanding faktor-faktor produksi lain.
- Ledakan Penduduk
Dari banyak penelitian, kita mengetahui bahwa faktor utama yang menentukan perkembangan penduduk adalah:
1. Tingkat Kematian (Death Rate)
Ada empat faktor yang menyumbang terhadap penurunan angka kematian pada umumnya:
a) Adanya kenaikan standar hidup sebagai akibat kemajuan teknologi dan meningkatnya produktivitas tenaga kerja serta tercapainya perdamaian dunia yang cukup lama.
b) Adanya perbaikkan pemeliharaan kesehatan umum (kesehatan masyarakat), maupun kesehatan individu.
c) Adanya kemajuan dalam bidang ilmu kedokteran serta diperkenalkannya lembaga-lembaga kesehatan umum yang modern, sehingga dapat mengurangi jumlah orang yang terserang penyakit.
d) Meningkatnya penghasilan riil per kapita, sehingga orang mampu membiayai hidupnya dan bebas dari kelaparan dan penyakit, dan selanjutnya dapat hidup dengan sehat.
2. Tingkat Kelahiran (Birth Rate)
Di negara-negara industri, tingkat kelahiran terus menurun sejak abad kesembilan belas sampai awal abad ini. Hanya setelah perang dunia ke-II, tingkat kelahiran meningkat dan mempercepat tingkat pertambahan penduduk. Tingkat kelahiran lebih dihubungkan dengan perkembangan ekonomi melalui pola-pola kebudayaan seperti: umur perkawinan, status wanitanya, kedudukan antara rural dan urban serta sifat-sifat dari sistemfamili yang ada. Di negara-negara yang sudah maju, terutama di negara-negara barat, penurunan tingkat kematian sungguh-sungguh telah diikuti oleh suatu penurunan tingakt kelahiran pula.
3. Migrasi
Migrasi mempunyai peranan juga dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu tingkat pertumbuhan penduduk tidak dapat diperhitungkan hanya dari tingkat kelahiran dan tingkat kematian saja. Bagi negara-negara sedang berkembang migarasi tidaklah berarti dalam peningkatan jumlah penduduk ataupun dalam pengurangan jumlah penduduk.
Pemindahan penduduk ke luar negeri dari negara-negara yang sedang berkembang tidaklah mungkin dapat terlaksana lagi guna mengurangi kepadatan penduduknya. Hal ini disebabkan banyak Negara seperti Australia, Rhodesia dan Suriname tidak bersedia menerima perpindahan dari negara-negara sedang berkembang yang padat penduduknya, dengan alasan kesulitan-kesulitan integrasi sosial dan rendahnya tingkat skill di negara-negara yang mengalami tekanan penduduk tersebut. Akibatnya dengan penurunan tingakat kematian yang cepat dan tetap tingginya tingkat kelahiran dan kurang efektifitas migrasi, maka pertumbuhan penduduk akan nampak sangat cepat dan mengakibatkan terjadinya ledakan penduduk di negara-negara sedang berkembang.
3. Pemecahan Masalah Kependudukan
Dari pembicaraan mengenai ledakan penduduk yang terjadi di Negara-negara sedang berkembang, dapatlah kita menyimpulkan bahwa masalah penduduk merupakan masalah yang sangat sukar untuk diatasi. Sebenarnya kita dapat menerapkan suatu kebijaksanaan dari sudut tingkat kematian untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk, yaitu dengan mencegah penurunan tingkat kematian atau dengan kata lain meningkatkan adanya kematian. Tetapi tindakan ini jelas bertentangan dengan hati nurani manusia yang pada umumnya ingin hidup lama di dunia.
Cara lain yaitu dengan mengurangi kepadatan penduduk di negara-negara sedang berkembang, tetapi karena rendahnya tingakat skill dan adanya politik restriksi, maka hal ini sulit sekali dilaksanakan. Oleh karena itu kebijaksanaan terakhir yang nampaknya akan dapat ditempuh dengan mempenagruhi tingkat kelahiran yang mana cara ini sudah kelihatan diterima sebagai cara yang layak di negara-negara sedang berkembang.
Program keluarga berencana sudah banyak dilaksanakan oleh sebagian besar negara-negara sedang berkembang. Walaupun program keluaraga berencana telah diterima oleh hampir semua negara yang sedang berkembang, tetapi belum semua penduduk atau semua orang yang tinggal di negara-negara itu bersedia melaksanakan program tersebut. Keadaan ini di sebabkan oleh beberapa hal:
1. Adanya kemelaratan dan buta huruf di negara-negara sedang berkembang, bersama-sama dengan organisasi sosial yang masih bersifat tradisional, bertindak sebagai penghambat pelaksanaan keluarga berencana tersebut sekali mengenai pencegahan kehamilan.
2. Perkembangan ilmu obat-obatan dan ilmu kesehatan masih melupakan faktor-faktor psychology dari orang-oarng yang akan menjadi akseptor. Ilmu-ilmu tersebut belum dapat menciptakan alat pengontrol kehamilan yang sungguh-sungguh dapat diterima dan dapat dipakai dengan baik sehingga dapat mengurangi masalah di negara-negara sedang berkembang. Kemajuan ilmu pengetahuan telah dapat menyediakan metode kontrasetip yang baru dan pemerintah nasional mendorong penduduk untuk memakainya bukan merupakan masalah yang begitu sulit. Yang sulit adalah agar pengendalian kelahiran/kehamilan itu dapat diterima oleh semua golongan.
B. PENGANGGURAN
Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya terbuang percuma dan tingkat pendapatan masyarakat merosot. Dalam situasi seperti ini kelesuan ekonomi akan berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan kehidupan keluarga sehari-hari. Di negara-negara sedang berkembang pengangguran dapat digolongkan ke dalam 3 jenis yaitu:
- Pengangguran yang kelihatan (visible underemployment)
Visible underemployment akan timbul apabila jumlah waktu kerja yang sungguh-sungguh digunakan lebih sedikit daripada waktu kerja yang sanggup/disediakan untuk bekerja. Tegasnya, ini merupakan suatu pengangguran. Meskipun beberapa dari pengangguran itu terdapat di sektorsektor kerajinan dan industri-industri sedang amupun besar, namun cukup penting bagi negara-negara sedang berkembang karena adanya sifat-sifat khas kegiatan sektor pertanian.
- Pengangguran tak kentara (invisible underemployment)
Pengangguran tak kentara terjadi apabila para pekerja telah menggunakan waktu kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik (setelah ada perubahan-perubahan sederhana dalam organisasi atau metode produksi tetapi tanpa suatu tambahan yang besar) ke sektor-sektor/pekerjaan lain tanpa mengurangi output.
- Pengangguran potensial (potensial underemployment)
Pengangguran potensial merupakan suatu perluasan daripada disguised unemployment, dalam arti bahwa para pekerja dalam suatu sektor dapat ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi output; hanya harus dibarengi dengan perubahan-perubahan fundamental dalam metode-metode produksi yang memerlukan pembentukan kapital yang berarti.
- Memanfaatkan Tenaga-Tenaga yang Menganggur
Tenaga-tenaga yang menganggur merupakaan persediaan faktor produksi
yang dapat dikombinasikan dengan faktor-faktor produksi lain untuk meningkatkan output di negara-negara sedang berkembang. Persediaan tenaga kerja ini jelas lebih banyak terdapat di daerah-daerah yang padat penduduknya. Masalah pemanfaatan tenaga menganggur ini menyangkut baik segi penawaran maupun segi permintaan. Untuk memperluas permintaan akan tenaga kerja diperlukan adanya pengorganisasian tenaga kerja seperti halnya dengan kapital.
Pembangunan masyarakat desa mungkin merupakan jalan yang baik, karena hanya diperlukan kapital yang relatif tidak besar. Suatu keuntungan penggunaan tenaga-tenaga yang menganggur secara musiman yakni tidak mengurangi tenaga-tenaga yang diperluka untuk mengadakan panenan maupun penanaman. Industri-industri kecil juga menyerap tenaga-tenaga yang menganggur karena musim atau memang secara kronis.
Masalah perluasan penawaran tenaga kerja menimbulkan akibat-akibat yang lebih luas lagi. Seperti dinyatakan oleh Profesor Leibenstein, kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak tergantung pada kalori yang dimiliki oleh tenaga kerja itu. Sehingga tidak begitu mudah nampaknya untuk menarik tenaga kerja dari sektor pertanian yang kemudian akan diikuti oleh penarikan bahan makanan dari sektor pertanian pula seperti dikemukakan oleh Profesor Ragnar Nurkse.
Ketidaksempurnaan pasar dapat menghambat alokasi sumber-sumber atau faktor-faktor produksi secara lebih efisien, jika dalam masyarakat itu terdapat suatu susunan sosial yang kaku, kurang adanya spesialisasi, adanya ketidakstabilan faktor-faktor produksi. Masalah-masalah ini dapat diatasi dengan suatu perancangan dan pengelolaan yang baik, serta diadakan survey yang mendalam mengenai kemungkinan-kemungkinan investasi baru yang nantinya akan dapat mengubah sifat-sifat sosial dan kebudayaan.
Dampak Ekonomis
Masyarakat sangatlah mendambakan tersedianya banyak lapangan pekerjaan karena keadaan seperti ini berarti dapat dihasilkannya output yang
tinggi dan diperolehnya pendapatan yang tinggi pula. Di samping itu, banyak kelompok masyarakat yang menganggap bekerja itu mempunyai nilai tersensiri. Jika angka penganggguran tinggi, maka akan banyak output yang hilang, pendapatan menurun, dan masyarakat menderita batin karena hilangnya rasa harga diri. Pentingnya masalah pengangguran tenaga kerja (kesempatan kerja) dari segi ekonomi dan kerugian besar yang diakibatkan oleh pengangguran merupakan segi-segi masalah yang ditinjau dalam analisis siklus ekonomi.
- Pengukuran Tingkat Pengangguran
Data mengenai jumlah orang yang bekerja dan orang yang menganggur merupakan salah satu jenis data yang dirancang secara cermat dan data ekonomi yang sangat komprensif. Data tersebut dikumpulkan setiap bulan dengan menggunakan prosedur yang disebut sample acak (random samplingi) dari seluruh populasi. Setiap bulan dilakukan Tanya jawab terhadap sekitar 60.000 rumah tangga terutama mengenai jenis pekerjaan yang mereka miliki. Survey tersebut membagi penduduk yang berumur 16 atau lebih ke dalam tiga kelompok, yaitu:
- Bekerja (employed).
Dalam kelompok ini adalah orang-orang yang melakukan jenis pekerjaan apa saja yang menghasilkan uang, termasuk di dalamnya orang-orang yang mempunyai pekerjaan akan tetapi sedang tidak bekerja karena sakit, melakukan pemogokan, atau sedang berlibur.
- Menganggur (unemployed).
Dalam kelompok ini termasuk orang-orang yang tidak bekerja akan tetapi secara aktif sedang mencari pekerjaan atau orang-orang yang sedang menunggu untuk kembali bekerja. Lebih tepat lagi, seseorang disebut menganggur jika ia tidak bekerja dan (a) telah melakukan upaya-upaya tertentu untuk mendapatkan pekerjaan selama 4 minggu terakhir, (b) diberhentikan untuk sementara dan sedang menunggu untuk dipanggil kembali bekerja, atau (c) sedang menunggu untuk melaporkan diri siap bekerja bulan depan. Orang yang tergolong bekerja atau menganggur dikelompokkan ke dalam angkatan kerja (labor force).
- Tidak termasuk angkatan kerja.
Di dalamnya termasuk 34 persen dari penduduk dewasa yang sedang sekolah, ibu rumah tangga, pensiunan, tidak mampu bekerja, atau semata-mata tidak bermaksud untuk mencari kerja.
Definisi Pemerintah Mengenai Pengangguran
Orang-orang yang punya pekerjaan adalah tergolong bekerja; orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan akan tetapi sedang dalam usaha mencari pekerjaan tergolong pengangguran; orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi tidak bermaksud untuk mecari pekerjaan tidak dimasukkan dalam kelompok angkatan kerja. Tingkat pengangguran dihitung dari jumlah orang yang menganggur dibagi dengan seluruh angkatan kerja.
- Pengangguran Ditinjau dari Interpretasi Ekonomi
Sekarang kita beralih dari cara pemerintah menghitung banyaknya pengangguran ke analisis ekonominya. Untuk menganalisis dan mengenal lebih jauh struktur pasar tenaga kerja jaman sekarang ini, para ahli ekonomi telah membagi tiga jenis pengangguran, yaitu:
- Pengangguran friksional terjadi karena berpindahnya orang-orang dari satu daerah ke daerah lain, dan dari satu jenis pekerjaan ke pekerjaan lain atau melalui berbagai tingkat siklus kehidupan yang berbeda. Bahkan jika suatu perekonomian berada pada tingkat di mana tidak ada pengangguran pun (full employment), akan selalu terjadi perputaran (turnover) karena adanya orang-orang yang baru saja menyelesaikan sekolahnya dan mencari pekerjaan, atau karena perpindahan dari satu kota ke kota lain. Para wanita kemungkinan akan masuk kembali ke barisan pencari kerja setelah mereka melahirkan anak-anak. Karean mereka yang tergolong ke dalam pengangguran friksional ini sering berpindah dari satu tempat pekerjaan ke pekerjaan lain, atau mencari tempat kerja yang lebih baik, maka mereka ini sering dianggap sebagai penganggur “sukarela”.
- Penganguran struktural menunjukkan terjadinya ketidaksesuain antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ketidaksesuaian ini terjadi karena permintaan atas satu jenis pekerjaan bertambah sementara pemintaan atas jenis pekerjaan lain menurun, dan penawaran tidak dapat melakukan penyesuaian dengan cepat atas situasi tersebut. Kita sering melihat ketidakseimbangan struktural antara berbagai jenis pekerjaan ataupun daerah, di mana sektor-sektor tertentu bertumbuh sementara yang lain mengalami penurunan.
- Pengangguran siklis terjadi apabila permintaan tenaga kerja secara keseluruhan rendah. Apabila total pembelanjaan dan output menurun, maka pengangguran akn meningkat dengan segera di segala bidang. Dalam masa resesi tahun 1982, tingkat pengangguran meningkat di 48 dari 50 negara bagian. Kenaikan tingkat pengangguran ini telah memberikan pertanda bahwa pengangguran ini sebagian besar bersifat siklis. Perbedaan antara penganguran siklis dengan jenis pengangguran lainnya membantu para ahli ekonomi untuk melakukan diagnosa terhadap tingkat kesehatan pasar tenaga kerja.
Tingkat penganguran friksional dan struktural dapat terjadi meskipun pasar tenaga kerja secara keseluruhan berada dalam tingkat keseimbangan, misalnya ketika tingkat pertuakaran (turnover) sangat tinggi, atau ketika ketidakseimbangan geografis sangat besar. Pengangguran siklis terjadi apabila jumlah kesempatan kerja menurun sebagai akibat dari terjadinya ketidakseimbangan antara penawaran agregat dan permintaan agregat.
Pengangguran Ditinjau dari Sudut Teori Ekonomi Mikro
Tidak ada topik yang menimbulkan kontroversi tajam di kalangan para ahli ekonomi selain pembahasan mengenai sebaba-sebab terjadinya pengangguran dalam perekonomian pasar. Ilmu ekonomi mengajarkan bahwa harga selalu naik atau turun untuk menyeimbangkan pasar kompetitif. Pada tingkat harga yang telah ditetapkan oleh pasar, para pembeli akan membeli apa yang mau dijual oleh para penjual.
Para ahli ekonomi berpaling ke teori mikro ekonomi untuk mencoba memahami eksistensi pengangguran ini. Meskipun sampai saat ini belum ditemukan satu teori yang diterima secara umum, akan tetapi banyak analisis seolah-olah bermuara ke satu pendapat bahwa pengangguran itu terjadi karena tingkat upah tidak cukup fleksibel untuk menyeimbangkan pasar.
Berikut ini kita akan menelaah secara mendalam mengapa tingakat upah bersifat tidak fleksibel (bersifat kaku) dan mengapa terjadi pengangguran yang tidak dikehendaki. Kita mengawali analisis terhadap dasar-dasar mikro ekonomi dari teori pengangguran itu dengan melihat satu jenis pasar tenaga kerja tertentu.
- Pengangguran sukarela.
Adanya pengangguran sukarela ini memaparkan satu konsep yang sangat penting mengenai pengangguran. Suatu pereokonomian mungkin saja berada pada efisiensi puncak meskipun ia menciptakan sejumlah penganggura tertentu. Para pencari kerja yang menganggur secara sukarela kemungkinan memang memilih untuk menikmati hidup dengan bersenang-senang, atau melakukan kegiatan lain daripada bekerja dengan tingkat upah yang berlaku dipasar. Atau mereka mungkin juga tergolong para pekerja yang tingkat produktivitasnya rendah, yang lebih memilih untuk bersenang-senang dan bermalas-malasan dari pada bekerja dengan tingkat upah yang berlaku.
Ada sejumlah alasan yang tidak terhitung banyaknya mengapa orang-orang memilih secara sukarela untuk tidak bekerja pada tingkat upah yang berlaku, akan tetapi sebagian dari orang-orang seperti ini akan secara resmi dihitung sebagai orang yang sedang menganggur.
Perlu kiranya dicatat di sini bahwa pengangguran sukarela ini kemungkinan akan efisien secara ekonomis, meskipun secara filsuf atau politisi kemungkianan menyayangkan kenyataan dimana orang-orang tidak dapat memperoleh pekerjaan yang mempunyai bayaran tinggi. Sama halnya seperti sebuah pabrik membutuhkan suku cadang apabila satu bagian penting dari mesin mereka rusak, kemungkinan suatu perekonomian pun membutuhkan juga suku cadang, yaitu para pekerja yang menganggur, yang mau langsung bekerja apabila terdapat kebutuhan akan tenaga kerja secara mendadak. Keadaan ini melukiskan mengapa perekonomian modern yang kompleks, yang bekerja pada tingkat produktifitas puncak, dapat menimbulkan pengangguran.
- Pengangguran terpaksa.
Untuk memahami pengangguran siklis kita perlu membangun suatu teori pengangguran terpaksa. Hasil pemikiran Keynes yang amat cemerlang dibidang ini adalah berupa pendapat yang membiarkan fakta-fakta mencorong satu teori yang indah tetapi tidak relevan. Ia menjelaskan mengapa kita kadang-kadang melihat pengangguran terpaksa, yaitu periode di mana para pekerja yang memenuhi kualifikasi tidak mampu untuk mendapatkan pekerjaan dengan tarif gaji yang berlaku.
Sumber-sumber kekakuan
Teori pengangguran terpaksa mengandaikan bahwa upah sama sekali tidak fleksibel (kaku). Satu hal yang sangat membantu analisis ini adalah perbedaan antara pasar lelang (auction market) dan pasar yang diatur (administered market). Pasar lelang itu merupakan satu pasar yang sangat terorganisir dan kompetitif dimana harga-harga naik atau turun untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Untuk pasar tenaga kerja yang berada dibawah pengaruh serikat buruh, pola gaji dan upah jauh lebih kaku lagi. Tingkat upah biasanya ditetapkan untuk masa kontrak tiga tahun. Di mana selama periode tersebut tingkat upah tidak akan disesuaikan, walaupun terjadi kelebihan penawaran maupun permintaan dalam jenis pekerjaan tertentu.
Teori kekakuan upah serta pengangguran terpaksa menyatakan bahwa penyesuaian upah yang amat lamban menimbulkan terjadinya kelebihan dan kekurangan dalam masing-masing pasar tenaga kerja. Akan tetapi, secara perlahan-lahan pasar tenaga kerja akan memberikan reaksi terhadap kondisi pasar. Gaji untuk jenis pekerjaan yang permintaannya sangat tinggi secara relatif meningkat lebih cepat dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang amat sedikit peminatnya. Oleh karena itu, dalam jangaka pendek, pasar tenaga kerja amat mirip dengan pasar tenaga kerja yang tidak seimbang (non-clearing).
- Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Pasar Tenaga Kerja
Orang-orang yang berumur belasan tahun pada umunya mempunyai tingkat pengangguran yang paling tinggi dari seluruh kelompok demografis yang ada. Orang-orang kulit hitam yang berumur belasan tahun dalam tahun-tahun terakhir ini mempunyai tingkat pengangguran antara 30 sampai 50 persen.
Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa, terutama untuk golongan kulit putih, komponen terbesar dari pengangguran yang berumur belasan tahun merupakan pengangguran friksional. Mereka masuk dan keluar dari angkatan kerja dan frekuensi yang amat tinggi. Mereka cepat memperoleh pekerjaan dan seringkali berpindah kerja. Rata-rata lamanya mereka menganggur hanya setengah dari golonagn dewasa, sebaliknya, rata-rata lamanya satu jenis pekerjaan adalah 12 kali lebih besar untuk orang-orang dewasa dibandingkan dengan mereka yang masih berumur belasan tahun.
Dalam tahun-tahun terakhir, setengah dari orang yang berumur belasan tahun yang menganggur merupakan “pendatang baru” yang belum pernah bekerja sebelumnya. Semua faktor ini mengungkapkan bahwa penganggur yang berumur belasan tahun ini sebagian besar bersifat friksional. Hal ini berarti bahwa pencarian kerja dan perputaran kerja diperlukan oleh orang-orang muda untuk menyalurkan bakat mereka, serta untuk memperoleh berbagai pengalaman.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
1. Penduduk
Salah satu perintang pembangnan ekonomi dinegara-negara yang sedang berkembang dan sekaligus merupakan cirri negara-negara tersebut adalah adanya ledakan penduduk. Ada 4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan di negaranegara sedang berkembang, yaitu :
- Adanya tingkat perkembangan penduduk yang relatif tinggi.
- Adanya struktur umur yang tidak favorable.
- Tidak adanya distribusi penduduk yang seimbang.
- Tidak adanya tenaga kerja yang terdidik dan terlatih.
Produktifitas dinegara-negara sedang berkembang adalah rendah sehingga mengakibatkan rendahnya produksi juga. Karena sebagian besar penduduk tinggal di desa dan hidupnya sebagian besar berasal dari sector pertanian yang didapatnya akan dikonsumir seluruhnya. Negara-negara berkembang mempunyai tingkat kelahiran yang tinggi dan tingkat kematian yang rendah, hal ini mengakibatkan adanya segolongan besar usia muda lebih besar proporsinya dari pada golongan penduduk usia muda.
2. Pengangguran
Para ahli ekonomi menggolongkan pengangguran ke dalam tiga kelompok,
yaitu:
- pengangguran friksional, yaitu para pekerja yang berada di antara satu pekerjaan dan pekerjaan lain
- pengangguran struktural, yaitu para pekerja yang berada di kawasan-kawasan atau industri-industri yang sedang berada dalam keadaan payah karena harga produk-produknya anjlok
- pengangguran siklis, yaitu para pekerja yang di PHK apabila perekonomian secara keseluruhan mengalami aktivitas yang menurun.
Tinjauan yang mendalam atas angka-angka statistik pengangguran mengungkapkan beberapa keteraturan, seperti:
- Resesi selalu menimpa semua golongan dalam bentunya yang proporsional, yaitu semua kelompok menaglami tingkat pengangguran naik dan turun dalam proporsi yang sama dengan tingkat pengangguran dengan secara keseluruhan.
- Bagian yang paling besar dari pengangguran adalah bersifat jangak pendek. Pada tahun-tahun dimana tingkat pengangguran sangat rendah (seperti tahun 1973) lebih dari 90 persen pekerja yang menganggur hanya mengalami pengangguran selama kurang dari 26 minggu. Lamanya menganggur rata-rata meningkat sangat tajam dalam resesi yang berat dan berkepanjangan.
- Hampir disemua situasi, jumlah yang paling besar dari pengangguran dikarenakan oleh terjadinya perputaran (turnover), atas kasus-kasus friksional di mana orang-orang memasuki angkatan kerja untuk pertama kali atau masuk kembali ke angkatan kerja. Hanya selama masa resesi saja sebagian besar dari penganggur tersebut orang-orang yang kehilangan pekerjaan.
- Saran
Dalam mengatasi pengangguran yang melonjak terus-menerus, maka pemerintah harus mengendalikan jumlah penduduk. Dengan melakukan beberapa program yang telah dicanangkan oleh pemerintah, antaranya program KB dan menunda usia pernikahan. Hal ini dapat mengatasi lonjakan penduduk yang tinggi, sehingga dapat mengurangi pengangguran di Negara yang Sedang berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, MBA & Suparmoko, M. MA. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajahmada. 1992
Nordhaus, D. William & Samuelson, A. Paul. Makro Ekonomi. Jakarta:Airlangga. 1996
www.pu.go.id/publik/p2kp/des/memahami99.html
www.geocities.com/rainforest/canopy/8087/miskin.html
http://fosmake.blogspot.com/20/07/08/kemiskinan-25.html